Selasa, 28 Februari 2017

Keunikan Undaan

Selama ini anda mungkin mengenal Undaan sebagai daerah yang sering menjadi langganan banjir tahunan. Atau bagi yang kebetulan memiliki hobi memancing, mengenal desa Undaan sebagai tempat yang mengasyikkan untuk memancing. 
Atau bagi yang kebetulan baru masuk dan melewati wilayah Undaan, biasanya akan heran dan terpesona dengan begitu banyaknya Gapura yang ada hampir di setiap gang atau jalan masuk di desa Undaan. Sehingga desa ini juga sering dijuluki sebagai Desa Seribu Gapura
( Jika belum sempat melihat betapa banyak dan uniknya gapura-gapura yang ada di desa Undaan, coba buka saja tautan di bawah ini ): 

Undaan sebenarnya merupakan nama salah satu kecamatan di Kabupaten Kudus, namun juga merupakan nama beberapa desa, yaitu desa Undaan Kidul, desa Undaan Tengah dan desa Undaan Lor. 
Dilihat dari letak geografisnya, Kecamatan Undaan terletak di bagian paling ujung selatan dari wilayah Kabupaten Kudus. 
Yang menjadi unik dan berbeda dengan wilayah Kudus lainnya, Undaan berbatasan langsung dengan 3 kabupaten lainnya sekaligus. 
Yaitu Kabupaten Grobogan di sebelah selatan dan Kabupaten Pati dan Kabupaten Demak di sebelah timur dan barat. 
( Harap tahu, sebagain besar wilayah kabupaten Kudus berada di “pojok”. Hingga kebanyakan hanya berbatasan langsung dengan 1 kabupaten lainnya ). 
Secara lengkap Batas wilayah Kecamatan Undaan adalah sebagai berikut : 
• Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jati dan kecamatan Mejobo 
• Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan 
• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati 
• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Demak 
Data Tentang Undaan 
Menurut catatan ( kecamatan ) Undaan memiliki luas 71,77 km² yang terbagi menjadi 15 desa yang terdiri dari : 
1. Glagahwaru 
2. Kalirejo 
3. Karangrowo 
4. Kutuk 
5. Lambangan 
6. Larikrejo 
7. Medini 
8. Ngemplak 
9. Sambung 
10. Terangmas, pemekaran dari desa Glagahwaru 
11. Undaan Kidul 
12. Undaan Lor 
13. Undaan Tengah 
14. Wates 
15. Wonosoco 
16. Berugenjang, pemekaran dari desa Lambangan 
Dari pusat pemerintahan kota Kudus kecamatan Undaan berjarak kurang lebih kurang 13 km, dan berjarak sekitar 62 km dari Semarang sebagai ibu kota provinsi. 
Wilayah Undaan terletak pada ketinggian rata-rata 17 m diatas permukaan laut. 
Dan berdasar kondisi dan letak wilayahnya, maka hampir sebagain besar wilayah Undaan digunakan sebagai lahan pertanian, mencapai 81 % yang ditanami dengan adalah padi, Padi, Jagung, Ubi Kayu, Kacang Tanah, Kedelai, dan Kacang Hijau. 
Sisanya dimanfaatkan sebagai lahan budidaya perikanan air tawar, terutama di desa Ngemplak, Karangrowo, dan sekitarnya dengan memanfaatkan embung dengan air tadah hujan. 
Bidang industri hanya sedikit, berupa tekstil untuk pembuatan pakaian wanita dan busana muslim yang terdapat di desa Undaan Kidul serta industri furniture (almari, pintu kayu, meja, kursi, dll) yang terdapat di desa Undaan Kidul, Undaan Lor, dan Undaan Tengah 
Hal unik lainnya dari wilayah Undaan adalah dengan keberadaan Sendang Dewot

Sendang Dewot yang berada di kaki Pegunungan Kapur Utara, tepatnya di desa di desa Wonosoco ini ternyata memiliki sumber mata air yang yang tidak pernah surut. 
Meskipun di saat musim kemarau panjang. Dengan ditambah suasana pedesaan yang masih sangat asri, Sendang Dewot sangat berpotensi sebagai obyek wisata
Hanya sayangnya, hingga saat ini belum mendapatkan perhatian yang cukup serius dari pemda setempat.

KISAH DIBALIK GAPURA MEGAH di UNDAAN




 Salah satu gapura di undaan


 Dari 16 desa yang ada di Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, sebanyak 9 di antaranya memiliki gapura yang megah. Ada rahasia tersendiri, kenapa pemerintah desa (pemdes) setempat membangun gapura megah.
Selain sebagai penanda keberadaan sebuah desa, gapura-gapura itu juga memiliki fungsi lain. Meski tidak semua desa memiliki gapura yang megah, namun gapura memang menjadi salah satu ciri khas desa-desa di Kecamatan Undaan.
Perangkat Desa Undaan Tengah Mufthonuddin mengatakan, untuk desa yang mempunyai gapura megah itu ada 9 wilayah. Yaitu Desa Ngemplak, Wates, Undaan Lor, Undaan Tengah, Undaan Kidul, Sambung, Medini, Kalirejo, dan Lambangan.
Selain itu, kesembilan desa yang mempunyai gapura juga berada tepat di jalur utama Kudus-Purwodadi. Sehingga gapura tersebut bisa dijadikan penunjuk alamat di saat ada pelancong atau tamu luar daerah melintasi wilayah itu.
”Akan tetapi untuk desa yang ada di wilayah pedalaman, kemungkinan juga mempunyai gapura. Namun gapura itu berupa selamat datang yang berada di luar desa. Serta gapura di pintu masuk kantor balai desa. Seperti halnya Desa Glagahwaru, Karangrowo, Kutuk, Larikrejo, Terangmas, Wonosoco, dan Berugenjang,” paparnya.
Terkait adanya gapura megah yang berada di 9 desa di Kecamatan Undaan itu, Mufthonuddin memiliki cerita singkat tentang hal itu. Hanya saja, hal itu memang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Meski banyak yang mempercayainya.
”Ini ada sebuah cerita. Apakah benar atau tidak, kami juga tidak bisa memberikan pembenarannya. Sebenarnya Undaan itu, jika diartikan maka akan ketemu kata ”unda-undaan”. Yang artinya saling bersaing,” katanya.
Kata ”unda-undaan” itu artinya saling bersaing untuk bisa lebih ”tinggi” dari yang satunya. Sehingga rata-rata msyarakat Undaan saling bersaing untuk bisa membangun hal yang menarik serta bagus. ”Salah satunya melalui gapura ini. Sehingga satu sama lain bisa membangun yang lebih bagus dari lainnya,” tuturnya.
Selain itu, lanjut Mufthonuudin, kata ”unda-undaan” itu bukan berarti untuk menjaga gengsi. Akan tetapi lebih pada meningkatkan jiwa membangun. Dalam pembangunan gapura yang ada di 9 desa, juga sudah diada sejak tahun 1990-an. Dan itupun dari swadaya masyarakat kampung yang ada di masing-masing gang di desa tersebut.
”Waktu itu, biaya pembangunannya juga masih bisa dibilang murah. Satu gapura, dibangun dengan biaya antara Rp 2-4 juta. Tapi, kalau sekarang barangkali bisa mencapai ratusan juta kalau membangun satu gapura,” terangnya.
Dia menambahkan, pada intinya, arti dari ”unda-undaan” itu bukan sekadar diartikan negatif. Yakni saling jaga gengsi. Akan tetapi bisa diartikan secara luas.
”Yaitu bagaimana saling meningkatkan pembangunan, saling memelihara lingkungan kampung dengan cara membuat gapura, dan lainnya. Saling bekerja satu sama lainnya,” imbuhnya